Sunday, January 8, 2017

KEPUASAN KERJA & CONTOH KASUS


 KEPUASAN KERJA


Kepuasan kerja biasanya didefinisikan sebagai tingkat pengaruh positif karyawan terhadap pekerjaannya atau situasi pekerjaan (Locke, 1976: Spector, 1977). Pengaruh positif pada definisi ini dapat ditambahkan komponen kognitif dan perilaku, hal ini sesuai dengan cara psikologis social mendefinisikan sikap (Zanna & Rempel, 1988). Kepuasan kerja nyatanya adalah sikap karyawan terhadap pekerjaannya.
Menurut Wexley dan Yukl (1977) dalam bukunya yang berjudul Organisational Behavior And Personnel Psychology, teori-teori tentang kepuasan kerja ada tiga macam yang lazim dikenal yaitu :

(1)   Discrepancy Theory
Teori ini menerangkan bahwa seorang karyawan akan merasa puas bila tidak ada perbedaan antara apa yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan yang ada.

Contoh Kasus : Karyawan pabrik (karyawan kontrak) yang bekerja lembur hingga malam hari dan sudah bekerja maksimal ternyata tidak menjadikan karyawan tersebut sebagai karyawan tetap, dan gajinya pun tidak sesuai dengan harapanya.

(2)   Equity Theory
Prinsip dari teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas,tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak atas suatu situasi.

Contoh Kasus : Pada suatu perusahaan keluarga, biasanya pada setiap staf karyawan ada yang merupakan anggota keluarga pemilik perusahaan tersebut. Ketidakpuasan dapat timbul akibat ketidakadilan dalam memperlakukan karyawan, biasanya karyawan yang merupakan anggota dari keluarga pemilik perusahaan mendapatkan keistimewaan.

(3)   Two Factor Theory
Prinsip dari teori ini adalah kepuasan dan ketidakpuasan kerja itu merupakan dua hal yang berbeda, artinya kepuasan dan ketidakpuasan kerja terhadap pekerjaan itu tidak merupakan suatu variabel yang kontinyu (Herzberg,1966).

Contoh Kasus : Seorang karyawan baru yang mengalami ketidaknyamanan dalam bekerja di karenakan kurangnya hubungan komunikasi, saling menghargai, saling membantu dapat menimbulkan katidakpuasan dalam bekerja karena hubungan pribadi merupakan sumber kepuasan kerja yang di namakan hygiene factors.
Kesimpulan
Kepuasan kerja adalah pengaruh positif karyawan terhadap tingkat kepuasan terhadap pekerjaannya dan situasi atau lingkungan pekerjaannya, dimana persepsi dari karyawan tersebut sesuai dengan realita yang ada serta diperlakukan secara adil oleh perusahaannya. 

sumber:
https://rahmiami.wordpress.com/2009/12/19/kepuasan-kerja/
http://teknikkepemimpinan.blogspot.co.id/2013/10/teori-kepuasan-kerja.html

Wednesday, November 9, 2016

Contoh Kasus Sistem Informasi Psikologi



Contoh Kasus:
Sosial media dan beberapa aplikasi smartphone sangat banyak yang membantu manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ada marketplace sebagai tempat berbelanja, sosial media untuk saling bertukar kabar kehidupan sehari-hari, massaging app sebagai komunikasi teks sehari-hari, maps & gps berfungsi untuk mencari rute jalan, email, web surat kabar, dll. Aplikasi-aplikasi tersebut sangat berfungsi baik untuk membantu permasalahan sehari-hari manusia di zaman ini. Namun penggunaan yang telah menjadi kebiasaan dan juga berlebihan membuat manusia lebih dominan di internet daripada kehidupan real. Sebagai contoh penggunaan aplikasi google maps sangat lah membantu dalam mencari alamat tujuan seorang individu. Hal ini membuat manusia sudah jarang yang bertanya dengan orang di jalan untuk mencari alamat, sehingga berkuranglah sifat sosial dari manusia tersebut. Penggunaan sosial media juga sangat berpengaruh, namun menjadi tidak baik apabila digunakan sebagai media untuk memprovokasi pihak lain.

Solusi:
Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang membutuhkan komunikasi langsung terhadap manusia lainnya. Pergunakanlah media sosial dan aplikasi smartphone anda dengan baik dan dengan tujuan yang positif agar menjadi sebuah hasil yang baik pula.

Thursday, November 3, 2016

TEORI HIRARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW



Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
Dalam tingkah laku manusia, Maslow memiliki asumsi dasar, bahwa tingkah laku manusia dapat ditelaah melalui kecenderungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup, sehingga bermakna dan terpuaskan. Untuk itu Maslow menempatkan motivasi dasar manusia sebagai sentral teorinya.
Manusia memiliki sifat dasar yang tidak akan pernah sepenuhnya merasa puas, karena kepuasan bagi manusia bersifat sementara. Ketika suatu kebutuhan terpuaskan maka akan muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi nilainya, yang menuntut untuk dipuaskan, begitu pula seterusnya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghOAe24kXz0Hjz7N8sDjZGK7fgaJR_WexW7ZB4mosUsMIn2fpE02x82ADtPKJ1fHIFQik6k0Gn_0Zd9c7XSlfAuFpDOVUIwE3ATSK4nnyXtfqCHc2FcfhgfGmFh1UahHNJyrO52VE5R-E/s400/maslow.png
Kebutuhan-kebutuhan itu juga bersifat psikologis, bukan semata-mata fisiologis. Kebutuhan-kebutuhan itu merupakan inti kodrat manusia, hanya saja mereka itu lemah, mudah diselewengkan dan dikuasai proses belajar, kebiasaan atau tradisi yang keliru. Kebutuhan dasar tersebut tersusun secara hierarki dalam strata yang bersifat relatif, yaitu:
1.     Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (Fa’ali/Phsyologic Needs)
2.     Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan ( Safety & Security Needs)
3.     Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki ( Love and Belonging Needs)
4.     Kebutuhan akan penghargaan (Esteen Need)
5.     Kebutuhan akan aktualisasi diri ( Self Actualization Need)
Kebutuhan-kebutuhan ini senantiasa muncul, meskipun dimungkinkan tidak secara berurutan, Dalam pengertian, bahwa kebutuhan yang paling dasar akan muncul terlebih dahulu dan mendesak untuk dipenuhi, dan jika kebutuhan ini sudah terpenuhi akan muncul kebutuhan berikutnya yang juga menuntut untuk dipenuhi. Namun dimungkinkan ada sebagian kecil orang yang kebutuhan dasarnya berbeda struktur hierarkinya disbanding dengan yang lain.

Implikasi Teori Maslow dalam Perilaku Organisasi
Memahami motivasi perilaku karyawan sangat penting untuk meningkatkan kualitas SDM perusahaan. Aplikasi dari hierarki kebutuhan Maslow berfungsi untuk memahami kebutuhan karyawan dan hal-hal yang dapat memotivasi karyawan. Perlu diingat pula, setiap orang berkeinginan untuk mencapai tingkat kebutuhan yang lebih tinggi. Keinginan mengaktualisasikan diri bukan hanya pemilik perusahaan tapi juga karyawan. Organisasi yang sukses adalah organisasi yang mampu memperhatikan, mendorong, dan mengembangkan potensi karyawan menjadi lebih berkembang.

SUMBER:
Nasrul, Erdy. (2000).  Pengalaman Puncak Abraham Maslow. Ponorogo: Center for Islamic and Occidental Studies CIOS-ISID Gontor.

TEORI TUJUAN



Teori Tujuan (Goal Setting Theory). 
Teori tujuan menjelaskan perilaku dari segi pengaruh tujuan-tujuan sadar manusia. Teori ini, seperti yang dirumuskan Locke adalah suatu penjabaran dari konsep “Tingkatan Aspirasi” Lewin dan “Proposisi” Ryan. Premis dasar Locke menyebutkan bahwa perilaku seseorang diatur menurut tujuan-tujuan serta maksud-maksud tujuan individunya. Kuat lemahnya tingkah laku manusia ditentukan oleh sifat tujuan yang hendak dicapai (Wexley dan Yukl, 2005:113). 
Implikasi Teori Tujuan dalam Perilaku Organisasi
Manusia akan cenderung untuk berjuang lebih keras mencapai suatu tujuan, apabila tujuan itu jelas, dipahami dan bermanfaat. Makin kabur atau makin sulit dipahami suatu tujuan, akan makin besar keenganannya untuk berupaya.
Sehingga dalam perusahaan diperlukan teori tujuan sebagai dasar visi dan misi perusahaan ke depan. Jika perusahaan memiliki visi dan misi yang baik maka semua pergawai merasa memiliki tujuan yang jelas untuk bekerja diperusahaan tersebut selain hanya mencari penghasilan, pegawai juga membantu perusahaan untuk mencapai tujuannya bersama-sama.

SUMBER :
http://teknikkepemimpinan.blogspot.co.id/2011/04/teori-motivasi.html